نبذة مختصرة : Pada hari Selasa, 12 Mei 1998, terjadi musibah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti yang menyebabkan empat mahasiswa tewas di dekatnya. Episode ini menyambut kesusahan yang mendalam dari semua penduduk dan memicu kemarahan publik. Rakyat biasa, namun seluruh Indonesia merasakan kekecewaan yang mendalam terhadap kewibawaan Presiden Soeharto yang telah lama berkuasa. Pameran besar tidak terkendali di berbagai bagian negara. Banyak siswa lari ke Jakarta untuk meminta uang muka serupa. Bahkan, ada pengawasan DPR/MPR RI yang dikerjakan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Terlepas dari kenyataan bahwa Presiden Soeharto pada awalnya tidak akan turun dalam pertemuan di Istana Negara, ketegangan yang meluas dari berbagai kabupaten di Indonesia mendorongnya untuk akhirnya melaporkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998, delapan hari setelah Kemalangan Trisakti. Melihat kondisi tersebut, tujuan kajian ini adalah untuk membedah dahsyatnya perkembangan mahasiswa Tri Sakti pada tahun 1998, yang memiliki arti penting sebagai gambaran akhir dari sistem Soeharto. Metodologi kualitatif digunakan dalam ulasan ini, memanfaatkan teknik deskriptif untuk menggambarkan berbagai perspektif yang terungkap dari informasi yang dikumpulkan melalui berbagai laporan, termasuk buku dan artikel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa yang dapat diverifikasi termasuk perkembangan aktivis secara fundamental memengaruhi akhir sistem pada saat itu. Selanjutnya, artikel ini berperan dalam memperluas pemahaman sejarah ilmiah dan menambah sumber referensi dalam disiplin yang dapat diverifikasi, akibatnya menambah khazanah pengetahuan sejarah.
No Comments.